Puisi Kita
memuat banyak macam puisi yang biasa dilantunkan
Rabu, 31 Juli 2013
Tentang Blog Ini
Blog ini memuat banyak puisi yang biasa diucapkan dan yang baru-baru,kami memberikan puisi dan pantun banyak macam ada yang tentang sedih,senang,sukar dan gembira.
Sejarah Puisi
PUISI adalah kata-kata mutiara yang biasa kita ucapkan sehari-hari.puisi mempunyai citra tersendiri,seperti:citra perasaan,perabaan,pengecap,pendengaran,penglihatan,gerak dan penghayatan
puisi untuk ibu
Selembar Puisi Untukmu Ibu
Dentang nafasmu menyeruak hari hingga senja
Tak ada lelah menggores diwajah ayumu
Tak ada sesal kala semua harus kau lalui
Langkah itu terus berjalan untuk kami
Dua bidadari kecilmu…
Desah mimpimu berlari
mengejar bintang
Berharap kami menjadi mutiara terindahmu
Dalam semua peran yang kau mainkan di bumi
Ini peran terbaikmu
Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami
Mengurai senyum disetiap perjalanan kami
Mendera doa disetiap detik nafas kami
Ibu… kau berlian dihati kami
Relung hatimu begitu indah
Hingga kami tak sanggup menggapai dalamnya
Derai air matamu menguntai sebuah harap
Di setiap sholat malammu
Ibu…
Kami hanya ingin menjadi sebuah impian untukmu
Membopong semua mimpimu dalam pundak kami
Ibu…
Jangan benci kami
jika kami membuatmu menangis.
---------------------------------
Terima Kasih Ibu
IBU...rambutmu kini sudah mulai memutih
Kulitmu tak lagi kencang
Penglihatanmu tak lagi terang
Jalanmu kini sudah mulai goyang
Namun..apa yang terlihat
Semua itu tak pernah engkau rasakan
Semua itu tak pernah engkau pedulikan
Aku paham, semua itu demi anakmu
Sepanjang jalan engkau mengais rejeki
Sepanjang waktu engkau berhitung
Berapa laba kau dapat hari ini
Tuk membayar semua letihmu
Engkau tak lagi dapat membedakan
Mana siang, mana malam
Semangat mengalahkan gemetar kakimu
Dan segala rasa lelahmu
Ini semua...untuk siapa?
Hanya untuk anakmu
Anak yang engkau impikan menjadi orang hebat
Mencapai setumpuk asa
IBU...sampai kapanpun,
Anakmu tak kan pernah lupa
Atas semua jasa, do'a dan derita
Keringat yang engkau cucurkan
IBU...engkau sudah terlalu besar, berkorban
Hanya surga yang pantas membayar tulusmu
Hanya Tuhan yang pantas menjagamu
Dunia dan akherat...
IBU...
Anakmu kan selalu merindumu
Do'a di setiap hembus nafas ini
Terima kasih...IBU, untuk semua ikhlasmu
---------------------------------
Doa'mu Ibu
Ibu...!
Aku tahu...
Semua letihmu itu tulus
Dan...akupun tahu
Bukan apa-apa yang engkau ingin
Engkau tak pernah inginkan apa-apa
Ibu...!
Dulu engkau pernah bilang
Cepatlah besar anakku !
Jadilah engkau orang besar
Yang membesarkan hati Ibu
Ibu...!
Semua hebatku
Tak kan pernah ada
Tanpa ikhlas pengorbananmu
Ibu...!
Sabdamu adalah do'a
Do'a yang nyaring terdengar
Dan pasti... didengar !
Bukan gelimang harta tuk membalas
Bukan pula, tahta dan mahkota
Sujud dan bakti jualah
Harta yang sesungguhnya!
---------------------------------
puisi untuk guru
PELANGI UNTUK GURU
Dia…
Dia yang mengajariku selama ini
Dia yang menjadikanku seperti ini
Dia yang rela dititipkan seorang aku..
Benda kosong melompong yang saat itu hanya penuh nafsu..
Lalu…
Ia anggap diriku layaknya selembar kertas putih
Dilukisnya warna-warna damai nan berarti
Putih, agar diriku berpikiran jernih
Emas, agar diriku bersinar cerah
Dan merah, agar hatiku penuh dengan semangat yang membara
Dan kini aku pun mengerti…
Dirinya yang telah membuat diriku penuh isi
Yang membuatku mengerti, bahwa hidup itu untuk dijalani
Dan yang membuatku bahagia memiliki warna-warna pelangi
Suatu saat nanti, aku akan kembali padanya..
Membalas budinya..
Melukiskan beribu pelangi yang pantas ia banggakan
Jasaya untukku takkan pernah tergantikan
Ku ucapkan terimakasih untukmu, pelita hatiku
Ku ucapkan terimakasih untukmu..
Puisi untuk Guru Tercinta
Pagi yang indah deruan angin menerpa wajahDingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan
Renungan hanya untuk sebuah kejayaan
Berfikir hanya untuk sebuah keberhasilan
Tiada lafaz seindah tutur katamu
Tiada penawar seindah senyuman mu
Tiada hari tanpa sebuah bakti
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah
Hari demi hari begitu cepat berlalu
Tiada rasa jenuh terpancar di wajah mu
Semangat mu terus berkobar
Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu
Jika engkau akan melangkah pergi
Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu di kenang
Kau adalah pahlawan tanpa lencana.
PUISI UNTUK GURU
Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu Guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin ingin kuucapkan
Terimakasih atas semua jasamu
Puisi Cinta
Puisi cinta romantis
Selamat Datang Cinta !Kasih…
Hanya ku ingin pinta
Jangan kau larut dalam,
Indah lukisan kata
Aku takut,
Kau kan terjebak
Dalam semu, Fata-morgana
Ada… namun tiada
Kasih…
Bahasaku hanyalah
Untaian kata sederhana
Bukan asli pujangga
Kau tak kan dapatkan
Ungkapan sekelas Kahlil Gibran
Biarlah,
Aku menjadi aku
Bukan ku tak mampu,
Hanya ku tak mau,
Memujamu, hanya sebatas kata
Tak cukup…itu saja
Yang ku tau…
Itu hanyalah, bunga kata
Tinggi, melambung
Menembus batas angan
Aku hanya percaya
Apa yang ada, di dalam dada
Disini, cinta datang
Disana, cinta hidup
Bersama rindu
Dan kasih sayang
Kasih…
Yang kuharapkan
Itu adalah…dadamu
Juga…dadaku
Selamat datang, CINTA !
Tinggalah dihatiku
Aku pasti mencintaimu
Selalu, selamanya
Tatapan Matamu
Matamu memberikan pancaran cahaya yang indahMata mu adalah mata yang paling indah yang pernah ku lihat
Sinar matamu membuat hati ku menjadi tenang
Tatapan mata mu mampu menembus dinding serta relung hatiku
Sorot matamu mampu mengalihkan setiap pandangan ku
Mata mu membuat ku merasakan sesuatu
Sesuatu yang tak dapat ku ungkapkan dengan kata
Hanya dengan selembar kertas dan sebuah tinta hitam
Ku mampu untuk mengungkapkan segala rasa yang ada di dalam hati ku
Ketika Cinta Menyapa
ada yang tiba-tiba datang dalam hatikuseketika
sesaat setelah kau lemparkan senyum itu
melesat dan menancap tepat di jantung hatiku
tak terbendung
dan aku pun terdiam
tak kuasa
tak berdaya
seperti kupu kupu di taman bunga
saat musim bersemi
derai rambutmu menebar aroma cinta
membiusku dalam lamunan
yang berujung pada kekaguman jiwa
sesaat setelah kau mengisyaratkan cinta
lewat kedua bola matamu
yang kurasa begitu indah
Puisi Sejarah
INDONESIAKU
Mawardi
Malang nasibmu, Indonesiaku...
tiga setengah abad engkau di jajah
kucuran keringat dan darah,
harta sekalipun nyawa di korbankan para pejuang.
63 tahun silam engkau bebas dari penjajahan, kata mereka.
malang nasibmu, indonesiaku...
engkau berada di tangan para penjilat harta dan tahta
sang merahputihpun tetap berkibar di sana,
seakan menampar muka para penguasa korup
Burung garudapun tetap bertengger di sana.
Burung garuda berkata "hai penguasa...!
turunkan aku dari sini, kau merongrong indonesiaku"
merekapun diam membisu, di anggapnya patung tiada guna.
malang nasibmu, indonesiaku...
mereka berebut kekuasaan...
sejarah tak mungkinkan terulang
Sengaja kubiarkan kenangan lalu terus membelai asaku
karena ia adalah penabuh mimpi-mimpi nan usang
kubiarkan pula ilusiku mendera khayal agar seribu dendam mencinta tak lagi meronta dalam angan
pancaran yang kukira matahari
namun ternyata hanyalah bias pelangi dari setetes embun
“indah namun hanya sesaat dan perlahan lenyap dikebiruan cakrawala nan luas”
mahligai indah yang pernah tercipta walau sesaat
kan kuukir serta abadikan didinding hati dan jiwaku
meski kusadar jika segala kenangan itu tak mungkin dapat terulang kembali hingga keujung masa
kenangan biarlah menjadi memory dalam catatan sejarah perjalanan hidupku
semoga ia pula yang kan menjadi cambuk untuk menggapai kembali asa yang pernah tercecer ditepian cinta yang beku
ruang rindu yang terbatas waktu kan kuhadang pada setiap rasa yang meronta dari bilik kalbuku
agar keindahan yang tercampak tetap bersamayam dan bertahta diistana sanubariku….
_Lembayung Kelam_
kau
cipta indah dalam mimpi
dunia kemudian menari
berwarna kembali
ketika kata kau titipkan pada langit
kau sapa pada angin untuk hembuskan
lelahku atas hari atas waktu
mengharapkan satu mimpi yg kutemuin diujung waktu
ketika kau terlelap
aku arungin dunia ini
tak banyak berharap
ketika khayal ini menyetuh relung hati
aku temanin malam ini dengan doa
menantikan kau terlelap
agar tak tersesat maka
inilah lentera ku
bawalah pergi
ketika dia padam
kembalikan padaku
agar aku dapat mengisi kembali
dan bawalah kembali
karena kau aku ikhlas
mendalami luka
menyemai mimpi
kau adalah kata yg dititipkan oleh surgawi
kau adalah wujud yg tercipta dari doa pencita
dan kau adalah lagu yg kucipta dari wajah,mata dan bibir mu
lagu seorang gerilya
Engkau melayang jauh, kekasihku.
Engkau mandi cahaya matahari.
Aku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
engkau berkudung selendang katun di kepalamu.
Engkau menjadi suatu keindahan,
sementara dari jauh
resimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi cahaya matahari,
kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu
Peluruku habis
dan darah muncrat dari dadaku.
Maka di saat seperti itu
kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
bersama kakek-kakekku yang telah gugur
di dalam berjuang membela rakyat jelata
Gugur
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belumlagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
” Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.”
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata :
“Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan suburMaka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!”
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya
Langganan:
Postingan (Atom)